Seperti bunga yang layu
Kau mekar, kau disanjung
Kau busuk, tak dianggap
Ramai.
Sepi.
Hening.
Bahkan, damai.
Beribu kata yang diungkap
Takkan berarti
Jika jiwa dibaluti rasa dendam
Menari, terus menari
Gemulai menyampaikan makna
Terus bergerak, dianggap tak ada
Menjauh...
Bukan berarti membenci
Merelakan....
Bukan berarti bahagia
Tersenyum...
Bukan berarti tak ada beban
Enteng...
Bukan berarti tak berat
Menangis...
Bukan berarti cengeng
Diam...
Bukan berarti bodoh
Tak ada upaya...
Bukan berarti putus asa
Kehangatan, Keserasian
Butuh semua kepalsuan
Palsu yang membuat tahu
Palsu yang membuat damai
Tahukah kau apa itu palsu?
Kau diam, sebenarnya kau tahu
Kau tersenyum sebenarnya kau merana
Kau merelakan, sebenarnya kaulah yang terluka
Kau menganggap enteng, sebenarnya kau keberatan
Kau menangis bahagia, sebenarnya kau menahan derita
Kau menjauh, sebenarnya kau ingin mendekat
Belum tentu yang kau lihat adalah yang ia rasa
Belum tentu yang kau kira adalah yang ia lakukan
Belum tentu yang kau baca ini adalah yang aku rasakan
Bukan dengan kata 'orang'
Bukan dengan sekilas kau menilai
Bukan.
Percaya.
Kau percaya ia.
Takkan kau bertemu kepalsuan.
Percaya.
Ketika kau percaya ia akan berubah,
Ketika kau percaya ia mampu,
Kau akan melihat arti dibalik kepalsuan
Kau akan melihat apa yang sesungguhnya ia rasakan.
Bukan hanya kata orang.
Bukan hanya sekedar cericit ayam.
Gerimis Ibu Kota.
•ods•