Rhodiatussholihah
1113016300044
Assalamu'alaikum.
voicesineducation.weebly.com |
1. Latar Belakang Saya Memilih Teori Behavioristik
www.humanikaconsulting.com |
Dewasa ini sudah banyak
sekali ilmu pengetahuan, dalam berbagai bidang, cara penyampaian ilmu tersebut
pun sudah mulai dengan berbagai cara. Mulai dari cara yang sederhana dan cara
yang kompleks.
Ilmu sudah di racik
sedemikian rupa untuk mudah di pelajari oleh siapapun. Begitu pula dikalangan
sekolah-sekolah. Ilmu yang di berikan pengajar sudah sangat lengkap, namun
masih banyak sekali siswa yang tidak menerapkan ilmu yang didapat di sekolah
dalam praktek kerja nyata atau masih belum ada perubahan tingkah laku.
Sebagian
bahkan hampir semua siswa belum mengalami perubahan tingkah laku karena yang
dipelajari selama ini hanyalah teori yang harus di hafal dan diingat tanpa
praktek langsung.
Masih banyak siswa yang
paham benar dengan teori-teori ilmu pengetahun namun tidak bisa mempraktekan
bagaiman teori itu sesungguhnya bila di coba langsung dalam sebuah kerja nyata
atau langsung dalam tingkah laku.
Oleh karena itu saya
memilih menggunakan teori Behavioristik sebagai teori belajar. Karena teori
Behavioristik adalah teori yang mengatakan bahwa sebuah pembelajaran baru
dikatakan mendapat respon yang baik bila sudah dapat diukur dan diamati
hasilnya (Degeng:1989).
Belajar juga bukan
hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa.
Dengan teori
Behavioristik ini perubahan sebagai hasil proses belajar tidak hanya ditunjukan
dalam satu bentuk namun dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuaanya,
sikap dan tingkah laku, keterampilannya, kecakapannya, daya reaksi dan daya
penerimaanya (Makalah kelompok V psikologi pendidikan, Succy dan Wafiqoh).
Dengan demikian,
menurut saya teori Behavioristik adalah teori belajar yang terbaik untuk
digunakan dalam pembelajaran.
2. Tujuan
Penulisan
Setelah pembaca membaca tulisan ini
diharapkan pembaca mampu mencapai tujuan-tujuan berikut :
Kognitif
Pembaca
mampu merangkaikan teori Behaviorisme ke dalam proses belajar mengajar (C5). Afektif
Pembaca mampu memodifikasi cara belajar yang selama ini digunakan dengan ditambahkan teori Behaviorisme (A4).
Psikomotorik
Pembaca mampu mengoperasikan teori Behaviorisme dalam proses belajar (P4).
3. Teori Behavioristik
Apakah itu Behavior? Behavior
berasal dari Bahasa Inggris, yang berarti Tingkah Laku.
Menurut
Teori Behavioristik, belajar adalah sesuatu hal yang menghasilkan perubahan
tingkah laku. Jadi, menurut teori ini seseorang telah dianggap belajar jika sudah
bisa menunjukan perubahan perilakunya.
Misalnya :
Apabila seorang anak SD kelas 1 yang belajar berhitung , harus mampu menunjukan
bahwa dia sudah bisa berhitung. Bukan sekedar mengerti apa itu berhitung, namun
langsung dapat menunjukan bagaimana menghitung.
created by : Rhodiatussholihah |
Menurut
teori ini yang penting adalah STIMULUS & RESPON.
Pada teori
Behavioristik, selain stimulus dan respon ada faktor lain lagi yang dianggap
penting. What is it?
It’s
Reinforcement (Penguatan). Penguatan disini berarti penguatan dalam
menghasilkan respon. Atau, lebih mendalamnya lagi, penguatan disini berarti
segala sesuatu yang dapat memperkuat timbulnya reaksi dari siswa akibat
rangsangan yang diterima siswa dari guru.
And, you
know whats kinds of reinforcement?
1. Positive Reinforcement
Tentu kalian semua sudah tau,
jika positive maka hasilnya pun akan baik. Yup! Positive Reinforcement ini
adalah suatu penguat yang bisa membuat siswa lebih menghasilkan respon yang
kuat.
Example: Guru memberikan permen atau cokelat
bagi yang dapat menjawab soal-soal dari Guru. Hal ini merangsang siswa menjadi
semangat untuk berusaha bisa menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Right? I
know, u’re like that. Lebih senang mengerjakan soal yang dapat hadiah jika
mengerjakanya. It’s normal
2. Negative
Reinforcement
Disini kebalikan dari Positive Reinforcement, dimana
penguatan akan berkurang dan respon pun akan berkurang dari siswa.
Example: Guru memberikan siswa soal-soal,
namun apabila tidak dapat menjawab soal, siswa dihukum didepan kelas,mengangkat
satu kaki dan menarik kedua telinganya. Hal itu membuat siswa enggan sekali
untuk belajar, dengan Gurunya saja sudah takut. Is It Fact, isn’t it? YES!
Tokoh-tokoh Teori Behavioristik
A. Edward Lee Thorndike
(Teori Konesksionisme)
created by : Rhodiatussholihah |
Ivan Pavlov (sumber : freeinfosocety.com) |
B. Ivan
Petrovich Pavlov (Teori Classic
Conditioning)
“Individu dapat
menghasilkan reaksi baru yang diinginkan selain menggunakan stimulus dari dalam
individu itu, yaitu melalui stimulus dari luar diri indivdu itu”
Example: Disiang hari yang panas suara
“ting…tingg..ting..”dari penjual bakso dapat meningkatkan keinginan seseorang
untuk makan bakso, tidak harus dengan memperlihatkan bakso, terbukti seseorang
sudah tau dan terangsang menjadi ingin membeli.
Edwin R Guthrie (sumber :upload.wikimedia.org) |
D. Burrhus
Frederic Skinner ( Teori Operant Conditioning)
Burhuss Frederic Skinner (sumber : skinnercontain.answcdn.com) |
created by : Rhodiatussholihah |
Pada teori
ini lebih mementingkan factor-faktor penguat, dimana :
Belajar lebih
mengutamakan praktek dan pembiasaan.
Example:
1. English
Conversation (untuk bisa berbahasa Inggris, dibutuhkan praktek berbicara, bukan
hanya sekedar teori)
2. Menggunakan Komputer.
E. John
Watson
created by : Rhodiatussholihah |
John Watson (sumber : 4.bp.blogspot.com) |
4. Analisis Teori
sumber : dinakomalasari.wordpress.com |
Teori behavior sudah lama digunakan oleh para
pengajar-pengajar disekolah-sekolah. Namun dari semua teori Behavioristik yang
dikemukakan oleh beberapa tokoh, teori Burrhus Frederic Skinner lah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori Behavioristik.
Menurut Randy Harland dalam blognya http://randhard.blogspot.com yang
mengutip dari buku (Slavin:2000), alasan teori Skinner menjadi teori yang
berpengaruh yaitu karena , Skinner
mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah
laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena
stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan
ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
nantinya mempengaruhi munculnya perilaku.
Selain itu, penganut teori Behavioristik mengatakan bahwa belajar sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku dimana penguatan dan hukuman menjadi
stimulus untuk merangsang siswa dalam perubahan tingkah laku.
Menurut (Paul:1997) dalam bukunya, Pendidik yang masih menggunakan kerangka
behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan
menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu.
Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana
sampai yang komplek.
Teori Behavioristik selain memeliki kelebihan sebagai teori yang sering di pakai
oleh para pengajar saat ini, namun juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah
teori Behavioristik hanya melihat stimulus (input) dan respon (output) tanpa
melihat bagaimana prosesnya, padahal proses adalah yang menentukan bagaima
respon itu akan baik atau tidak.
Selain itu kelemahan yang lainnya adalah teori belajar Behavioristik ini
juga dapat membuat siswa menjadi lebih pasif, karena siswa telah dituntut hanya
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Namun, menurut saya, meskipun teori Behavioristik memiliki kelemahan
tersebut, namun tetaplah bahwa teori ini paling baik untuk mewujudkan siswa yang
punya hasil yang baik, karena mampu mempraktekan langsung ilmu yang telah
didapatkan dalam perubahan tingkah laku.
5. Ayat Tentang Behavioristik
sumber : rahmajanti.blogspot.com |
Ayat di atas sesuai dengan teori belajar Behavioristik, bahwa Allah tidak
akan mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka
sendiri. Dalam ayat tersebut jelas bahwa suatu perubahan akan terjadi jika
memang kita yang merubahnya, dengan teori belajar Behavioristik siswa dituntut
untuk mampu terampil dalam suatu ilmu, yaitu dengan cara langsung mempraktekkan
teori yang sudah ada kedalam bentuk tindakan.
Seperti yang telah dijelaskan diatas misalnya ada siswa SD yang sedang
belajar berhitung, dalam teori Behavioristik ini siswa SD tersebut tidak diminta
untuk mengerti pengertian dari kata berhitung itu sendiri, namun langsung
mempraktekan bagaimana cara berhitug itu.
6. Pengaplikasian
Teori Behavioristik dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMAN 65 Jakarta
Barat
Mata
Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XII/Satu
Peminatan : IPA
Materi
Pokok : Difraksi Cahaya
Pertemuan Ke : 3 dan 4
Alokasi
Waktu : 2 x 3 JP
A.
KOMPETENSI INTI
- Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
- Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
- Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
- Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan
dan kompleksitas
alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
1.2
Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur
karakteristik fenomena gerak, fluida, kalor
dan optik
2.1
Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki
rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun;
hati-hati; bertanggung
jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam
aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan
percobaan dan
berdiskusi
2.2
Menghargai kerja individu dan kelompok
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan percobaan
dan melaporkan hasil percobaan
3.1
Menganalisis cara
kerja alat penyelidikan pola difraksi menggunakan prinsip-prinsip
gelombang
cahaya.
Indikator:
· Menjelaskan
cara kerja percobaan penyelidikan pola difraksi menggunakan
prinsip-prinsip gelombang cahaya.
· Menerapkan cara kerja kisi difraksi menggunakan prinsip-prinsip gelombang cahaya.
· Menganalisis
cara kerja kisi difraksi menggunakan prinsip-prinsip gelombang cahaya.
· Mengevaluasi cara kerja kisi difraksi menggunakan prinsip-prinsip gelombang cahaya.
A.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah proses
mencari informasi, menanya, dan berdiskusi di harapkan peserta
didik
mampu:
Kognitif
- 1. Siswa
mampu membuktikan adanya Gelombang Bunyi dan Gelombang Cahaya pada kehidupan
sehari-hari dilingkungan sekitar (C3)
Alasan :
Alasan saya memilih
‘membuktikan’ dalam kehidupan sehari hari (C3) karena selain ‘membuktikan’
sesuai dengan teori Behavioristik yang berupa tindakan, ‘membuktikan’ dalam
kehidupan sehari-hari juga sesuai dengan
Teori Perkembangan Kognitif menurut Piaget (Nadlir,2009:6-13)
“...struktur intelektual terbentuk
pada individu saat ia berinteraksi dengan lingkungannya.”
langsung di paparkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, kata ‘membuktikan’ ini sangat sesuai untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Siswa mampu menunjukan karakteristik
cahaya serta prinsip dan penerapannya dalam teknologi (C3)
Alasan :
Alasan saya memilih
kata ‘menunjukan’ (C3) karena sesuai dengan Teori Perkembangan Nilai,Moral dan Sikap oleh Prof. Sinolungan dalam
bukunya Psikologi Perkembangan Peserta
Didik yang mengatakan bahwa:
“Nilai keilmuan adalah nilai yang mendasari
perbuatan seseorang kelompok orang
yang bekerja terutama atas dasar pertimbangan rasional"
Afektif
1. Siswa
mampu mempraktekkan fenomena difraksi menggunakan
laser pointer dan CD bekas (A5)
Alasan :
Alasan saya memilih
‘mempraktekkan’ (A5) karena dengan ‘mempraktekkan’ dapat memotivasi tingkah
laku siswa untuk lebih percaya diri pada kemampuaanya bahwa siswa tersebut bisa.
Sesuai dengan Teori Perkembangan Konsep Diri dan Emosi
pada http://repository.usu.ac.id hal-1, menurut Stuart dan Sundeen (dalam Dacey & Kenny, 1997) bahwa,
“konsep diri
adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dan objek, tujuan serta keinginannya. Penghargaan mengenai diri akan menentukan
bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Apabila seorang individu
berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu tersebut cenderung sukses, dan bila
individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah menyiapkan
diri untuk gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri
yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi
dan tingkah laku individu”
Dengan cara peserta didik mempraktekan langsung dapat membuat peserta didik yakin dengan dirinya sendiri bahwa setelah mempraktekan langsung materi yang diajarkan akan lebih paham.
2. Siswa mampu bertindak mencari informasi
tentang cahaya dan permasalahanya dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai
sumber (A5)
Alasan :
Alasan saya memilih
‘bertindak’ (A5) karena dengan cara bertindak peserta didik akan jauh dari rasa
jenuh dalam proses pembelajaran, sehingga apa yang diajarkan akan cepat
ditangkap oleh peserta didik.
Dalam Teori Cara Mengatasi Lupa dan Jenuh dalam
Belajar menurut Cross
(1974) dalam bukunya The Psycology
of Learning bahwa kejenuhan dapat diatasi dengan cara peserta didik harus mau
berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam)
dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
Dalam arti kata
lain, bahwa peserta didik harus bertindak supaya tidak mengalami kejenuhan
dalam belajar, tidak hanya diam dan mendengarkan penjelasan guru.
Psikomotorik
1. Siswa
mampu mengoperasikan alat praktikum berupa kisi dan laser pointer dalam
percobaan pola difraksi (P4)
Alasan :
Alasan saya memilih
kata ‘mengoperasikan’ (P4) karena dengan langsung mengoperasikan membuat
peserta didik lebih mampu memahami apa yang diajarkan.
Menurut Teori Perkembangan Psikomotorik menurut
Mardapi (2003) bahwa,
“keetrampilan psikomotorik ada enam, yaitu gerakan
refleks, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi
nondiskursif. Dimana Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif
dan motorik atau gerak. Dan komunikasi nondiskursif adalah kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.”
Oleh karena itu
dengan mengoperasikan nya langsung dapat melatih keterampilan psikomotorik yang
berupa kemampuan perseptual dan kemampuan nondiskursif.
2. Siswa
mampu merancang spektroskop sederhana dan kisi difraksi menggunakan DVD atau
VCD bekas (P7)
Alasan :
Alasan saya
memilih kata ‘merancang’ karena dengan merancang mampu meningkatkan kreativitas
siswa dan membuat siswa lebih bertindak untuk lebih memahami materi apalagi
jika langsung di aplikasikan dengan alat buatan sendiri.
Pada Teori Perkembangan Kreativitas menurut
Ormod (2008) bahwa,
“...strategi alternatif untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa adalah dengan cara memberikan sesuatu yang lebih kreativ dan
menantang sehingga membuat peserta didik lebih ingin mengeksplorasi suatu hal.”
Sesuai
dengan teori dari Ormrod bahwa dengan suatu kreativitas mampu membuat siswa
lebih mengeksplor suatu hal, oleh karena itu saya memiih ‘merancang’ agar
peserta didik lebih kreatif dan semakin ingin mengetahui tentang materi
tersebut.
Selain itu
pada Teori Perkembangan Bakat menurut
Utami Munandar (1992) bahwa,
“...bakat dan kemampuan sangat menentukan prestasi
seseorang”
Dengan
merancang sebuah alat maka akan membuat peserta didik memiliki bakat dan
kemampuan baru, sehingga dapat diprediksi bahwa ilmu yang peserta didik miliki
dari hasil perancangan alat ini dapat di aplikasikan langsung ke kehidupan
sehari-hari dalam bentuk tindakan nyata dan bermanfaat bagi masyarakat global.
Sumber materi difraksi : Buku Fisika Kelas XII SMA
D. MATERI PEMBELAJARAN
PT. TransMedia
Skema Difraksi Cahaya (sumber : fisikamemangasyik.wordpress.com) |
Difraksi adalah peristiwa penyebaran atau pelenturan gelombang cahaya
ketika melintasi celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang)
atau ujung penghalang.
Gelombang cahaya yang terdifraksi selanjutnya saling berinterferensi satu
dengan yang lain, sehingga menghasilkan pola garis-garis gelap.
Difraksi celah tunggal (sumber : ivandwisandra.blogspot.com) |
1.
Difraksi Celah Tunggal
Difraksi Fraunhofer adalah difraksi yang menghasilkan sinar-sinar hasil
difraksi saling sejajar satu dengan yang lain, dimana difraksi ini bisa
diterangkan dengan prinsip Huygens yang menyatakan bahwa setiap celah berperan
sebagai sumber gelombang baru yang mengirim ke segala arah.
Pada kasus difraksi celah tunggal, hanya diberikan untuk persamaan pola
gelap (difraksi minimum) karena pola terang makin sempit ketika makin jauh dari
terang pusat. Secara umum syarat terjadinya pola gelap adalah sebagai berikut :
d.sin θ = n.λ
dengan :
n = 1,2,3,........(n=1 adalah gelap ke-1, n=2 adalah gelap ke-2,dst)
d = lebar celah
θ = sudut penyimpangan (deviasi)
2.
Difraksi Celah Banyak (Kisi)
Difraksi celah banyak (sumber : ivandwisandra.blogspot.com) |
Kisi merupakan alat yang terdiri dari celah-celah sempit sejajar yang
banyak jumlahnya dan memiliki lebar yang sama. Suatu kisi dapat dibuat dengan
membuat goresan-goresan halus pada sekeping kaca. Jumlah goresan kisi dapat
mencapai ribuan goresan per cm.
Persamaan difraksi kekisi sama dengan pada interferensi velah ganda:
Pola Terang
d.sin θ = n.λ
dimana n = 0,1,2,......(n=0 adalah terang pusat, n=1 adalah terang ke-1,
dst)
Pola Gelap
d.sin θ = ( n-1/2).λ
dimana n=1,2,3,...... (n=1 adalah gelap ke-1,dst)
d= tetapan kisi (d= 1/N , N = jumlah
garis/cm).
B.
METODE PEMBELAJARAN
· Model Pembelajaran :
Behaviorisme
· Metode Pembelajaran: Eksperimen, diskusi,
dan tanya jawab.
C. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR
· Media : cetak dan
elektronik (internet)
Alat : VCD atau DVD bekas, laser, dan lembar
kerja
Sumber Belajar : buku pegangan Fisika jilid 3, Buku Fisika Penunjang Aktivitas Peserta didik
D. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
· Pertemuan 3
Rincian Kegiatan
|
Waktu
|
Pendahuluan
·
Menagih tugas menyusun rancangan pembuatan spektroskop sederhana
secara
· Menyampaikan tujuan pembelajaran
|
15 menit
|
Kegiatan
Inti
Mengamati dan Menanya
·
Peserta didik dari diminta
untuk memaparkan hasil tugas baca tentang difraksi cahaya
· Peserta didik menanyakan tentang prinsip gelombang cahaya
Mencoba
· Peserta didik diberikan dua masalah yang berkaitan dengan gelombang
cahaya
· Melakukan
eksplorasi tentang terjadinya di fraksi menggunakan CD bekas dan laser
· Peserta didik berfikir bagaimana cara pemecahan masalah yang diberikan
· Guru menilai
keterampilan mengolah, dan menyaji
data, serta ketelitian dalam
memperoleh data, serta kerjasama dalam kelompok
Mengasosiasi
· Peserta didik melalui percobaan dapat membedakan
difraksi cahaya celah tunggal dan difraksi cahay celah banyak
· Guru menilai kerjasama dan
tanggungjawab peserta didik dalam kerja kelompok
Mengomunikasikan
· Peserta didik menyampaikan hasil hitungan dan kesimpulan diskusi
· Guru menilai keterampilan
menyaji dan menalar, serta kesantuan dan kemampuan berkomunikasi
|
100 menit
|
Penutup
· Bersama peserta didik menyimpulkan tentang terjadinya difraksi cahaya yang menggunakan CD bekas dan laser
·
Mengingatkan tentang tugas merancang dan membuat spetroskop
sederhana.
|
15 menit
|
· Pertemuan 4
Rincian Kegiatan
|
Waktu
|
Pendahuluan
·
Merefleksi tugas menyusun rancangan pembuatan spektroskop
sederhana yang sudah terkumpul
· Menyampaikan tujuan pembelajaran
|
15 menit
|
Kegiatan
Inti
Mengomunikasikan
· Peserta didik menyajikan hasil
pembuatan spektroskop sederhana
· Peserta didik dari diminta untuk mempresentasikan
hasil pembuatan spektroskop sederhana
· Guru bertanya dan menanggapi presentasi
· Peserta didik diminta menyampaikan refleksi pengalaman belajar tentang difraksi
cahaya
· Guru menilai kemampuan
menyaji dan menalar, serta komunikasi
|
110 menit
|
Penutup
·
Bersama peserta didik
menyimpulkan hasil presentasi dan memberikan informasi yang sebenarnya
mengenai tugas rancangan tiap kelompok
·
Mengingatkan peserta didik
untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti ulangan harian pada pertemuan
berikutnya
|
15 menit
|
E. PENILAIAN
1.
Mekanisme dan prosedur
Penilaian
dilakukan dari hasil.Penilaian hasil dilakukan melalui tes
tertulis.
2.
Aspek dan Instrumen penilaian
Instrumen
observasi menggunakan lembar pengamatan.
Instrumen
kinerja presentasi menggunakan lembar pengamatan dengan fokus utama pada
aktivitas peran serta, kualitas visual presentasi, dan isi presentasi
Instrumen
tes menggunakan tes tertulis uraian dan/atau pilihan ganda
Mengetahui, Jakarta, 28 Juni 2013
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Nama: Nama :
NIP : NIP :
DAFTAR PUSTAKA
Ellis Ormrod, Jeanne. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Erlangga.2008.
Hidayah,Nur,dkk.Psikologi
Belajar dan Pembelajaran. Malang : Pusat Penataran Guru IPS dan PMP
Malang.2005.
Nadlir,dkk. Psikologi
Belajar Edisi Pertama Paket 1-7. Surabaya : Amanah Pustaka.2009.
Slavin, Robert E. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Edisi 8. Jakarta :
Indeks.2008.
Syaodih Sukmadinata,Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Rosda.2009.
Jurnal :
Smith,Suzana. Early Adolescent Problem Behavior. www.edis.ifas.ufl.edu
Sekian makalah ini saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu'alaikum.